The Journey of Leadership: How CEOs Learn to Lead from the Inside Out mengupas pendekatan transformasi kepemimpinan yang dikembangkan oleh McKinsey & Company. Ditulis oleh Dana Maor, Hans-Werner Kaas, Kurt Strovink, dan Ramesh Srinivasan.

Kepemimpinan yang hebat ternyata dimulai dari transformasi diri. Berikut ini adalah beberapa model transformasi kepemimpinan berikut dengan contohnya.

  1. Kepemimpinan dari Dalam ke Luar

Banyak pemimpin berfokus pada strategi dan eksekusi bisnis, tetapi buku ini menegaskan bahwa kesadaran diri, ketahanan mental, dan kecerdasan emosional adalah kunci utama kepemimpinan yang efektif. Jika seorang CEO tidak memahami motivasi, ketakutan, dan pola pikirnya sendiri, maka ia sulit menginspirasi timnya.

Contoh: Satya Nadella, CEO Microsoft, mengubah budaya perusahaan dari kompetisi internal yang agresif menjadi lingkungan kerja yang lebih kolaboratif. Transformasi ini dimulai dari caranya memimpin dengan empati dan sikap growth mindset.

  1. The Bower Forum: Belajar dari Para CEO Dunia

Buku ini mengangkat program The Bower Forum, di mana lebih dari 500 CEO dari berbagai industri berbagi pengalaman mereka dalam menghadapi tantangan kepemimpinan. Banyak dari mereka menyadari bahwa tantangan terbesar bukanlah keputusan bisnis, melainkan bagaimana mereka mengelola emosi, ego, dan tekanan dalam posisi mereka.

Contoh: Seorang CEO ritel global mengalami stres tinggi karena perusahaannya mengalami stagnasi. Setelah memahami pola pikirnya—bahwa ia selalu ingin kontrol penuh—ia mulai mendelegasikan lebih baik, memberi ruang inovasi bagi timnya, dan akhirnya meningkatkan kinerja bisnis.

  1. Kepemimpinan yang Berfokus pada Manusia

Pemimpin hebat bukan hanya eksekutor strategi, tetapi juga pemberi inspirasi. Buku ini menekankan bahwa CEO dan pemimpin bisnis harus memahami orang-orang yang mereka pimpin, membangun kepercayaan, dan berkomunikasi dengan transparan.

Contoh: Arne Sorenson, mantan CEO Marriott, dikenal karena kepemimpinannya yang berbasis empati. Saat pandemi COVID-19 menghantam industri perhotelan, ia berbicara langsung kepada karyawannya, mengakui kesulitan yang mereka hadapi, dan menjelaskan langkah perusahaan dengan transparan—menciptakan kepercayaan meskipun dalam masa sulit.

Berikut adalah langkah demi langkah yang dijelaskan dalam buku ini untuk membantu pemimpin berkembang baik secara profesional maupun pribadi

 

Langkah 1: Mengenali Diri Sendiri (Self-Discovery)

Sebelum memimpin orang lain, seorang pemimpin harus memahami dirinya sendiri. Kesadaran diri yang tinggi memungkinkan pemimpin mengenali kekuatan, kelemahan, motivasi, dan nilai-nilai yang mereka pegang.

Bagaimana Melakukannya?

Refleksi Diri: Luangkan waktu untuk mengevaluasi bagaimana pola pikir dan emosi mempengaruhi keputusan.
Minta Umpan Balik: Gunakan metode 360-degree feedback dari kolega, bawahan, dan mentor untuk mendapatkan perspektif yang lebih objektif.
Identifikasi Bias dan Ketakutan: Banyak pemimpin tanpa sadar dipengaruhi oleh ketakutan akan kegagalan atau kebutuhan untuk selalu terlihat kuat. Mengenali ini adalah langkah pertama untuk mengatasinya.

Contoh: Seorang CEO teknologi yang awalnya perfeksionis menyadari bahwa sikapnya membuat tim takut untuk berinovasi. Setelah refleksi dan umpan balik, ia mulai memberi ruang untuk eksperimen dan kesalahan yang konstruktif.

Langkah 2: Mengembangkan Ketahanan dan Mentalitas Tumbuh (Building Resilience & Growth Mindset)

Seorang pemimpin harus memiliki mentalitas yang tangguh agar bisa menghadapi tantangan tanpa kehilangan fokus.

Bagaimana Melakukannya?

Latih Pola Pikir Tumbuh: Anggap kegagalan sebagai kesempatan belajar, bukan sebagai kekalahan.
Jaga Keseimbangan: Kelola stres dengan strategi seperti mindfulness, olahraga, atau mentorship.
Fokus pada Solusi: Alihkan energi dari menyalahkan keadaan menjadi mencari solusi yang inovatif.

Contoh: Satya Nadella, CEO Microsoft, berhasil mengubah budaya perusahaan dari yang penuh persaingan menjadi lebih kolaboratif dengan menerapkan growth mindset dalam kepemimpinannya.

Langkah 3: Membangun Kepemimpinan yang Berfokus pada Manusia (People-Centered Leadership)

Pemimpin hebat bukan hanya eksekutor strategi, tetapi juga inspirator dan fasilitator yang memberdayakan timnya.

Bagaimana Melakukannya?

Dengarkan dengan Empati: Pemimpin yang efektif memahami kebutuhan dan aspirasi timnya.
Ciptakan Lingkungan yang Aman: Dorong budaya di mana karyawan merasa nyaman untuk berbicara dan berinovasi.
Berikan Kepercayaan: Mendelegasikan tugas dengan percaya pada kemampuan tim, bukan dengan kontrol berlebihan.

Contoh: Arne Sorenson, mantan CEO Marriott, menghadapi krisis COVID-19 dengan komunikasi yang jujur dan terbuka kepada karyawan, menciptakan kepercayaan di masa sulit.

Langkah 4: Mengembangkan Kemampuan Adaptasi dan Keputusan Strategis (Adaptive & Strategic Decision-Making)

Dalam dunia yang terus berubah, pemimpin harus cepat beradaptasi dan membuat keputusan strategis yang tepat.

Bagaimana Melakukannya?

Terbuka pada Perubahan: Jadilah pemimpin yang mau belajar dari tren baru dan siap mengubah strategi bila diperlukan.
Gunakan Data & Intuisi: Kombinasikan analisis data dengan intuisi bisnis yang matang dalam pengambilan keputusan.
Latih Pemikiran Jangka Panjang: Jangan hanya fokus pada keuntungan jangka pendek, tetapi pikirkan dampak jangka panjang dari setiap keputusan.

Contoh: Jeff Bezos, dalam membangun Amazon, selalu mempertimbangkan keputusan jangka panjang—seperti memprioritaskan pengalaman pelanggan dibanding keuntungan cepat.

Langkah 5: Membangun Warisan Kepemimpinan (Creating a Leadership Legacy)

Seorang pemimpin yang berkembang tidak hanya sukses dalam kariernya, tetapi juga meninggalkan jejak positif bagi organisasi dan orang-orang di sekitarnya.

Bagaimana Melakukannya?

Mentor dan Bimbing Generasi Berikutnya: Pemimpin yang hebat membangun pemimpin lainnya.
Bangun Budaya yang Berkelanjutan: Ciptakan sistem dan nilai yang tetap berjalan meskipun pemimpin telah berganti.
Fokus pada Dampak, Bukan Sekadar Posisi: Warisan sejati bukan tentang jabatan, tetapi perubahan positif yang diciptakan.

Contoh: Steve Jobs tidak hanya membangun Apple, tetapi juga meninggalkan budaya inovasi yang tetap berkembang setelah kepergiannya.

The Journey of Leadership menegaskan bahwa kepemimpinan sejati adalah perjalanan seumur hidup yang dimulai dari dalam diri. Dengan memahami diri sendiri, membangun ketahanan mental, fokus pada manusia, mengambil keputusan strategis, dan menciptakan warisan kepemimpinan, seorang pemimpin tidak hanya akan sukses secara profesional, tetapi juga memiliki dampak yang lebih luas.

Kepemimpinan bukan hanya tentang memimpin bisnis, tetapi juga tentang menginspirasi dan membangun dunia yang lebih baik.

Post a comment

Your email address will not be published.

Related Posts