Aturan Baru Agar Desain Ulang Model Operasional Bisnismu Berhasil Total
(The New Rules for Getting Your Operating Model Redesign Right)
Sumber: McKinsey
Bayangkan anda adalah seorang pemimpin di sebuah perusahaan besar. Strategi sudah disusun rapi. Visi dan misi terpampang di dinding. Tapi entah kenapa, tim anda masih jalan di tempat. Proyek lambat. Kolaborasi macet. Keputusan penting tak kunjung tuntas. Andapun berpikir: “Mungkin struktur organisasi kita perlu dirombak.”
Kalau Anda pernah berada di situasi ini, Anda tidak sendiri.
Menurut laporan terbaru McKinsey (Juni 2025), lebih dari dua pertiga perusahaan global melakukan redesign model operasional dalam dua tahun terakhir. Tapi, yang mengejutkan: sekitar 70% dari upaya tersebut gagal. Padahal, niatnya baik—ingin menjadi lebih adaptif, lebih cepat, dan lebih unggul menghadapi disrupsi.
Kenapa bisa gagal? Karena banyak perusahaan masih memakai aturan lama dalam mendesain ulang model operasionalnya.
Model Lama Sudah Tidak Cukup
Dulu, para eksekutif percaya bahwa dengan merapikan struktur organisasi (misalnya, memisahkan divisi, mengganti jabatan, atau membuat matriks koordinasi), maka masalah bisa selesai. Tapi kenyataannya, struktur bukan satu-satunya jawaban.
McKinsey melakukan riset besar terhadap lebih dari 2.000 eksekutif dan menyimpulkan: untuk sukses dalam mendesain ulang model operasional, perusahaan harus mengikuti sembilan aturan baru yang lebih sesuai dengan tantangan saat ini.
Cerita Nyata: Dari Rumit ke Ringkas
Sebut saja “Perusahaan Alpha”—sebuah korporasi global dengan ribuan karyawan di lima negara. Mereka merasa sudah saatnya menyederhanakan proses dan mempercepat pengambilan keputusan. Mereka pun mulai merombak struktur: membuat tim-tim agile, menggabungkan fungsi-fungsi sejenis, hingga memperkenalkan platform digital baru.
Hasilnya? Justru kekacauan.
Kenapa? Karena perubahan hanya terjadi di permukaan. Pimpinan tidak benar-benar satu suara, budaya organisasi tidak siap berubah, dan yang lebih parah, karyawan kebingungan dengan proses baru yang tidak didampingi pelatihan.
Baru setelah menerapkan prinsip-prinsip baru dari McKinsey—seperti menyelaraskan kepemimpinan, menyederhanakan proses inti, dan memperkuat kapabilitas SDM—barulah mereka mulai melihat hasil nyata: proyek jadi lebih cepat, kolaborasi lebih erat, dan keputusan makin jelas.
4 Pilar Kunci dalam Aturan Baru
McKinsey merangkum 9 aturan baru ke dalam 4 pilar utama:
- Keselarasan Kepemimpinan
Semua pemimpin—dari CEO hingga manajer tim—harus satu suara. Mereka harus sepakat pada arah strategis dan tidak saling tumpang tindih dalam peran dan keputusan. Tanpa keselarasan ini, perubahan hanya jadi wacana di PowerPoint.
- Redesain Proses Inti
Fokuslah pada proses-proses utama yang mendukung nilai pelanggan. Hilangkan proses berlapis-lapis yang tidak penting. Gunakan teknologi—seperti otomatisasi dan AI—untuk membuat proses lebih cepat dan efisien.
- Investasi pada Orang
Sediakan pelatihan, ubah pola pikir (mindset), dan bentuk sistem insentif yang mendukung perubahan. Jangan harap organisasi berubah kalau orang-orang di dalamnya tidak tumbuh bersama.
- Budaya Berkinerja Tinggi
Bangun budaya di mana semua orang merasa bertanggung jawab terhadap hasil. Buat nilai-nilai perusahaan menjadi nyata dalam perilaku sehari-hari. Imbalan pun harus sesuai dengan kontribusi, bukan sekadar jabatan.
Aturan Lama vs Aturan Baru
Redesign = Kemampuan Berulang, Bukan Sekali Jadi
Banyak yang mengira redesign itu seperti operasi besar: satu kali, lalu sembuh. Nyatanya, redesign harus jadi kemampuan organisasi yang berulang, seperti refleksi rutin: “Apa yang bisa kita buat lebih sederhana dan lebih bernilai hari ini?”
Dan ini bukan cuma soal struktur. McKinsey menyebut ada 12 elemen yang perlu diperhatikan dalam pendekatan Organize to Value, seperti:
- Tujuan dan nilai strategis,
- Ekosistem bisnis,
- Struktur dan peran,
- Teknologi dan data,
- Budaya, perilaku, dan insentif.
Jadi jangan buru-buru ubah struktur. Mulailah dari kepemimpinan dan proses inti. Dengarkan suara karyawan. Bangun budaya yang sehat.
Desain ulang model operasional bukan tren sesaat. Ia adalah kemampuan strategis yang harus dikuasai oleh setiap organisasi di era disrupsi ini. Jika dilakukan dengan benar, ia bisa menjadi motor percepatan—bukan beban perubahan.
Sebelum anda mengubah kotak-kotak di bagan organisasi, pastikan Anda sudah menerapkan aturan baru yang terbukti lebih relevan, lebih berdampak, dan lebih manusiawi.
Sumber utama:
McKinsey & Company, The New Rules for Getting Your Operating Model Redesign Right, Juni 2025. Dapat diakses melalui: www.mckinsey.com